Kamis, 22 Januari 2015

KOMUNIKASI, PERKEMBANGAN DAN KEPEMIMPINAN ORGANISASI


  1. KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang sama.Komunikasi juga merupakan suatu interaksi sesama individu atau kelompok untuk saling memahami dan saling bekerjasama.
  1. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Komunikasi di dalam suatu organisasi merupakan salah satu aspek yang penting di dalam mendukung terjalinnya kerjasama yang baik di dalam setiap bagian organisasi.Unsur – unsur terjadinya komunikasi adalah:
·         Sumber: Semua peristiwa komunikasi akan melihatkan sumber sebagai pembuat   atau pengirim informasi.
·         Saluran/media: Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.Dengan adanya media,komunikasi akan diterima dengan mudah
·         Pesan: Proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.
·         Penerima: Penerima adalah  pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.
·         Pengaruh/efek: Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
  1. KLASIFIKASI KOMUNIKASI
1.      Dari segi sifatnya :
·         Komunikasi Lisan
·         Komunukasi Tertulis
·         Komunikasi Verbal
·         Komunikasi Non Verbal
2.      Dari segi arahnya
·         Komunikasi Ke atas
·         Komunikasi Ke bawah
·         Komunikasi Diagonal Keatas
·         Komunikasi Diagonal Kebawah
·         Komunikasi Horizontal
·         Komunikasi Satu Arah
·         Komunikasi Dua Arah
3.      Menurut Lawannya :
·         Komunikasi Satu Lawan Satu
·         Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
·         Kelompok Lawan Kelompok
4.      Menurut Keresmiannya :
·         Komunikasi Formal
·         Komunikasi Informal
  1. PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI
FAKTOR-FAKTOR DAN PROSES PERUBAHAN ORGANISASI
Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1.      Faktor ekstern.
2.      Faktor intern.
Faktor Intern adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
·         Problem hubungan antar anggota.
·         Problem dalam proses kerja sama.
·         Problem keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal).


Faktor Ekstern adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.

Proses perubahan :
Dalam suatu proses itu ada beberapa langkah untuk memenuhi tujuan organisasi tersebut yaitu :
1.      Mengadakan Pengkajian
Maksudnya adalah dalam organisasi tersebut diadakan suatu pengkajian atau proses penindak lanjutan kegiatan – kegiatan atau cara – cara apa saja dalam organisasi tersebut,misalnya diadakan pengkajian setiap sebulan sekali dalam organisasi tersebut agar organisasi tersebut itu update dengan info- info yang dapat menunjang kemajuan dan tujuan dari organisasi tersebut.
2.      Mengadakan Identifikasi
Maksudnya adalah melakukan penyelidikan atau pemeriksaan secara detail tentang permasalahan – permasalahan apa saja yang terjadi dalam organisasi tersebut,misalnya mengadakan identifikasi masalah kasus yang sedang terjadi dalam organisasi tersebut setiap seminggu sekali,langkah tersebut bertujuan agar dalam organisasi tersebut tahu bagaimana menyelesaikan masalah apa saja yang terjadi dalam organisasi tersebut.
3.      Menetapkan Perubahan
Maksudnya adalah menetapkan suatu perubahan yang baru atau bisa dikatakan sebuah sistem baru dalam organisasi tersebut,misalkan terjadi suatu perubahan sistem dalam organisasi tersebut dari sistem yang lama dengan sistem yang baru dan apabila dilihat dari kinerjanya sistem baru tersebut memang bagus dan berkembang dari sistem yang lama,maka perubahan sistem tersebut harus ditetapkan dan meninggalkan sistem yang lama.


4.      Menentukan Strategi
Maksudnya adalah sebelum melangkah dan memutuskan pilihan dalam suatu organisasi tersebut, harus ditentukan dulu matang – matang atau difikirkan terlebih dahulu kira – kira strategi apa yang dapat memajukan sebuah organisasi tersebut.
5.      Melakukan Evaluasi
Maksudnya adalah melakukan suatu perubahan – perubahan sikap dalam organisasi tersebut,misalnya kita cari dulu apa yang salah dalam organisasi tersebut dan solusi apa yang dapat menyelesaikan masalah tersebut lalu kita benarkan kesalahan – kesalahan tersebut dan tidak akan mengulanginya lagi,itulah yang disebut mengevaluasi.
Jadi pada intinya organisasi itu jangan cukup puas dengan apa yang sudah di dapat,terus mencari peluang – peluang apa saja yang kiranya dapat diminati oleh banyak orang dan dapat memajukan organisasi tersebut,menjalin komunikasi yang baik dan melakukan sebuah perubahan – perubahan besar yang dapat memajukan organisasi tersebut menjadi lebih baik.
  1. CIRI-CIRI DAN METODE PENGEMBANGAN ORGANISASI
Tujuan utama Pengembangan Organisasi adalah untuk perbaikan fungsi organisasi itu sendiri. Peningkatan produktivitas dan keefektifan organisasi membawa implikasi terhadap kapabilitas organisasi dalam membuat keputusan berkualitas dengan melakukan perubahan terhadap struktur, kultur, tugas, teknologi dan sumber daya manusia.
1.      Ciri – ciri Pengembangan Organisasi.
Dengan adanya strategi dalam organisasi terciptanya organisasi yang efektif.Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
·         Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
·         Menekankan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
·         Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
·         Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
·         Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
2.      Metode Perubahan dan Pengembangan Organisasi.
Ada berbagai teknik yang dirancang para ahli, dengan tujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta bekerja secara efektif, antar-individu maupun antar-kelompok dalam organisasi. Beberapa teknik yang sering digunakan berikut ini:
·         Sensitivity training, merupakan teknik OD yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
·         Team Building, adalah pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
·         Survey feedback. Dalam teknik sruvey feedback. Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
·         Transcational Analysis (TA). TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
·         Intergroup activities. Fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi.
·         Proses Consultation. Dalam Process consultation, konsultan OD mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan , gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit organisasi.
·         Grip OD. Pendekatan grip pada pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
·         Third-party peacemaking. Dalam menerapkan teknik ini, konsultan OD berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
  1. KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya untuk upaya untuk menciptakan tujuan organisasi. kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Tipe-tipe Kepemimpinan
Ada 6 tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.
1.      Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
·         Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
·         Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
·         Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata.
·         Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat.
·         Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.
·         Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum).
2.      Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
·         Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya.
·         Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya.
·         Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan.
·         Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
·         Sukar menerima kritikkan dari bawahan.
·         Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan.


3.      Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
·         Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
·         Bersikap terlalu melindungi.
·         Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif.
·         Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
·         Sering bersikap maha tahu.
4.      Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5.      Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
·         Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
·         Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
·         Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
·         Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya.
6.      Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
·         Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia.
·         Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya.
·         Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya.
·         Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
·         Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan.
·         Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
·         Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
  1. Teori Kepemimpinan
1.      Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan  bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
·         Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.
·         Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.
·         Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2.      Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

·         Konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri  ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya.
·         Berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
3.      Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
·         Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas.
·         Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan.
·         Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan.
·         Norma yang dianut kelompok.
·         Rentang kendali.
·         Ancaman dari luar organisasi.
·         Tingkat stress.
·         Iklim yang terdapat dalam organisasi.



ULASAN TEORI DAN MENJAWAB PERTANYAAN BERDASARKAN KASUS DIBAWAH INI

Kasus 1.
Drs.Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan.Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia pensiun dari tentara.Semangat departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan.Beberapa dari karyawan menunjukan sikap tidak puas dan agresif.
Pada jam makan siang,hartoyo bertanya kepada drs.abdul hakim,ak manajer departemen keuangan,apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam departemen produksi.Abdul hakim menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal melalui komunikasi ‘grapevine’bahwa para karyawan hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dia buat sendiri olehnya.Dia(Hartoyo)menyatakan ‘dalam tentara,saya membuat keputusan untuk bagian saya,dan semua bawahan mengharapkan saya untuk berbuat seperti itu.’

Pertanyaan Kasus :
  1. Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan hartoyo sekarang dan dulu sewaktu ditentara.
  2. Konsekuensinya apa bila hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran anda bagi perusahaan untuk merubah keadaan?
Jawaban :
  1. Menurut saya gaya/tipe kepemimpinan yang bapak hartoyo miliki yaitu tipe Militeristis. Pada tipe ini sangat sering menggunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya. Pada kasus diatas telah jelas bahwa seorang Pak Hartoyo memiliki tipe militeristis.
·         Keuntungan dari tipe kepemimpinan militeristis yaitu keputusan dapat diambil secara tepat,dan mudah dilakukan pengawasan kepada bawahannya.
·         Kelemahannya yaitu kurang keharmonisan antara atasan dan bawahan,kurangnya jalinan kerjasama antara atasan dan bawahan.
Motivasi bawahan hartoyo sekarang dan yang lalu sangatlah berbeda jika dilihat dari lingkungan yang saat ini dijalani oleh Pak Hartoyo. Kedisiplinan dan perintah yang harus benar-benar dilakukan dimiliter jauh berbeda dengan di perusahaan.
  1. Konsekuensinya jika Pak Hartoyo tidak merubah gaya kepemimpinannya yaitu, para karyawan/bawahan yang dibawah pengawasan pak hartoyo akan melakukan unjuk rasa dan semakin agresifnya para bawahan Pak Hartoyo. Saran saya untuk bisa menjadi pemimpin yang disukai para bawahannya yaitu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin dan selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan.

Referensi :

0 comments:

Posting Komentar